Teks Cerita Fantasi │Bahasa Indonesia Kelas 7 - Latiseducation

Teks Cerita Fantasi │Bahasa Indonesia Kelas 7

Konsep Pelajaran 6.2K views

Artikel ini akan menjelaskan mengenai konsep, ragam alur, ciri kebahasaan, dan contoh cerita fantasi.

A. Mengidentifikasi Unsur Cerita Fantasi

Apakah kamu pernah membaca cerita fantasi? tentu sudah tidak asing lagi dengan istilah cerita fantasi dan kamu pasti pernah menontonnya, kan. Film-film yang dilatarbelakangi oleh imajinasi penulis seperti Harry Potter dan Jurasic Park adalah contoh dari film fantasi yang sangat terkenal hingga saat ini.

Berdasarkan latar cerita, cerita fantasi dibedakan menjadi tiga kategori yaitu latar lintas waktu masa lampau, latar waktu sezaman, latar lintas waktu futuristik (masa yang akan datang). Cerita fantasi ada yang berisi fantasi pada semua unsur cerita (tokoh fantasi, latar fantasi, peristiwa juga fantasi tidak terjadi pada dunia nyata. Selain itu, cerita fantasi bisa menggunakan nama-nama dalam kehidupan nyata, menggunakan nama tempat yang ada dalam dunia nyata, atau peristiwa pernah terjadi pada dunia nyata.

B. Menguraikan Ragam alur Cerita Fantasi

Garis besar rangkaian peristiwa merupakan sebuah cerita atau rangkaian jalinan (alur/plot) cerita biasanya mengikuti pola seperti bagan di bawah ini. Alur lengkap dimulai dari orientasi yaitu pengenalan latar terjadinya, siapa yang mengalami, muncul masalah, masalah memuncak, pemecahan masalah.

1. Bagian Awal

Sering juga disebut bagian pengenalan (orientasi), fungsinya adalah mengantarkan cerita. Pada bagian ini dikenalkan latar cerita, tokoh dan watak-wataknya).

2. Bagian Tengah

Bagian ini merupakan rangkaian kejadian/peristiwa hingga ke bagian klimaks atau inti cerita. Saat masalah utama diceritakan.

3. Bagian Akhir

Bagian ini menjawab masalah utama, tentu saja dijawab dalam bentuk rangkaian peristiwa/kejadian juga. Bagian terakhir adalah kesimpulan dan penutup cerita.

C. Ciri kebahasaan pada Cerita Fantasi

1. Penggunaan kata ganti dan nama orang sebagai sudut pandang penceritaan (aku, mereka, dia, Erza, Doni).

2. Penggunaan kata yang mencerap pancaindra untuk deskripsi latar (tempat, waktu, suasana)

Contoh deskripsi latar tempat

Tiga rumah bergaya kerucut menyambut mataku. Emas dan berlian bertaburan di dinding rumah itu.

Laboratorium berantakan. Semua peralatan pecah. Aneh hanya laptopku yang masih menyala.

Latar suasana

Setetes air mata pun jatuh dari wajah Sang Ratu. Tak sepatah kata pun terdengar dari bibirnya. Kamar yang megah ini terasa sunyi dan penuh kesedihan.

Latar waktu

Tengah malam tak ada bintang di langit itu. Mendung hitam nampak mengumpal. Lolongan anjing bersahut-sahutan menyambut malam yang semakin larut.

3. Menggunakan pilihan kata dengan makna kias dan makna khusus.

Contoh 1 Alien itu berhidung mancung. Dengan hidungnya yang menjulang ia mengendus sekeliling.

4. Kata sambung penanda urutan waktu

Kata sambung urutan waktu setelah itu, kemudian, sementara itu, bersamaan dengan itu, tiba-tiba, ketika, sebelum, dan sebagainya. Penggunaan kata sambung urutan waktu untuk menandakan datangnya tokoh lain atau perubahan latar, baik latar suasana, waktu, dan tempat.

Contoh:

  • Setelah buku terbuka aku terseret pada masa lampau.
  • Dua tahun kemudian, Farta telah sampai di Planet Mars dan bertemu dengan Tatao.
  • Akhirnya, Farta dapat menyelamatkan diri dari terkaman raksasa.

5. Penggunaan kata/ungkapan keterkejutan

Penggunaan kata/ungkapan keterkejutan berfungsi untuk menggerakkan cerita (memulai masalah).

Contoh:

  • Tiba-tiba seorang alien yang berukuran lebih besar datang.
  • Tanpa diduga buku terjatuh dan halaman terbuka menyeret Nabila pada dunia lain.
  • Di tengah kebahagiaannya datanglah musibah itu.

6. Penggunaan dialog/kalimat langsung dalam cerita

“Raksasa itu mengejar kita!” teriak Fona kalang kabut. Aku ternganga mendengar perkataan Fona. Aku segera berlari.

D. Contoh Cerita Fantasi

Kekuatan Ekor Biru Nataga

oleh Ugi Agustono

Seluruh pasukan Nataga sudah siap hari itu. Nataga membagi tugas kepada seluruh panglima dan pasukannya di titik-titik yang sudah ditentukan. Seluruh binatang di Tana Modo tampak gagah dengan keyakinan di dalam hati, mempertahankan milik mereka. Hari itu, sejarah besar Tana modo akan terukir di hati seluruh binatang. Mereka akan berjuang hingga titik darah penghabisan untuk membela tanah air tercinta.

Saat yang ditunggu pun tiba. Mulai terlihat bayangan serigala-serigala yang hendak keluar dari kabut. Jumlah pasukan cukup banyak. Nataga dan seluruh panglima memberi isyarat untuk tidak panik.

Pasukan siluman serigala mulai menginjak Pulau Tana Modo, susulmenyusul bagai air. Tubuh mereka besar-besar dengan sorot mata tajam. Raut wajah mereka penuh dengan angkara murka dan kesombongan, disertai lolongan panjang saling bersahutan di bawah air hujan. Mereka tidak menyadari bahaya yang sudah mengepung. Semua binatang tetap tenang menunggu aba-aba dari Nataga.

“Serbuuuu …!” teriak Nataga sambung-menyambung dengan seluruh panglima.

Pasukan terdepan dari binatang-binatang hutan segera mengepung para serigala dengan lemparan bola api. Pasukan serigala sempat kaget, tak percaya. Cukup banyak korban yang jatuh di pihak serigala karena lemparan bola api. Namun, pemimpin pasukan tiap kelompok serigala langsung mengatur kembali anak buahnya pada posisi siap menyerang. Mereka tertawa mengejek binatang-binatang ketika banyak bola api yang padam sebelum mengenai tubuh mereka. Bahkan dengan kekuatan mereka, mereka meniup bola api yang terbang menuju arah mereka.

“Hai ....! Tak ada gunanya kalian melempar bola api kepada kami!” Seru serigala dengan sorot mata merah penuh amarah.

Binatang-binatang tidak putus asa. Namun, pasukan serigala dalam jumlah dua kali lipat bahkan lebih dari pasukan binatang, mulai bergerak maju, seolah hendak menelan binatang-binatang yang mengepung. Binatang-binatang yang pantang menyerah juga tidak takut dengan gertakan para serigala.

“Gunakan kekuatan ekormu, Nataga!” bisik Dewi Kabut di telinga Nataga.

Nataga sempat bingung dengan kata-kata Dewi Kabut. Karena banyak bola api yang padam, Nataga segera memberi aba-aba berhenti melempar dan mundur kepada seluruh pasukan.

Tiba-tiba, Nataga, pemimpin perang seluruh binatang di Tana Modo, segera melesat menyeret ekor birunya. Mendadak, ekor Nataga mengeluarkan api besar.Nataga mengibaskan api pada ekornya yang keras, membentuk lingkaran sesuai tanda yang dibuat oleh semut, rayap, dan para tikus. Lalu, ia melompat bagai kilat dan mengepung serigala dalam api panas. Kepungan api semakin luas. Serigala-serigala tak berdaya menghadapi kekuatan si ekor biru. Teriakan panik dan kesakitan terdengar dari serigala-serigala yang terbakar. Nataga tidak memberi ampun kepada para serigala licik itu.

Selesai pertempuran Nataga segera menuju ke atas bukit, bergabung dengan seluruh panglima. Levo, Goros, Lamia, Sikka, dan Mora memandang Nataga dengan haru dan tersenyum mengisyaratkan hormat dan bahagia.

 

Referensi:

Harsiati, Titik. Agus Trianto. Dkk. Bahasa Indonesia SMP/MTs Kelas VII Semester I. Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.

 



Beri Komentar

wa