Peradaban Hindu-Budha Nusantara | Sejarah Kelas X - Latiseducation

Peradaban Hindu-Budha Nusantara | Sejarah Kelas X

Konsep Pelajaran 10.1K views

Peradaban Hindu-Budha Nusantara membahas tentang kerajaan Hindu-Budha, jaringan perdagangan dan pelayaran, serta analisis akulturasi kebudayaan.

Sahabat Latis, masa Hindu-Buddha di Indonesia berlangsung selama lebih kurang 12 abad.

Periodisasi masa Hindu-Buddha terbagi menjadi tiga tingkatan yaitu periode pertumbuhan, perkembangan, dan keruntuhan.

Peradaban Hindu-Budha Nusantara

Sahabat Latis, apa yang akan kita pelajari tentang peradaban Hindu-Budha di nusantara?

Nantinya, kita akan belajar tentang perkembangan peradaban Hindu-Budha Nusantara, ragam kerajaan Hindu-Budha nusantara, dan pengaruh peradaban Hindu Budha bagi kehidupan masyarakat Indonesia.

Peradaban Hindu-Budha Nusantara

A. Proses Masuk dan Berkembangnya Peradaban Hindu-Budha Nusantara

Terdapat lima teori yang menjelaskan tentang proses masuk dan berkembangnya peradaban Hindu Budha di nusantara. Di antaranya adalah teori Brahmana, teori Ksatria, teori Waisya, teori Sudra, dan teori Arus Balik.

1. Teori Brahmana

Teori Brahmana merupakan teori yang menyatakan bahwa peradaban Hindu-Budha Nusantara ada karena pemuka agama atau para Brahmana menyebarkan ajaran tersebut di Indonesia.

Teori ini dibuktikan dengan adanya kampung India di pantai Timur Sumatera hingga ke Malaysia. Kampung tersebut diberi nama sebagai “Kampung Keling”.

Landasan Teori Brahmana ini didasarkan pada prasasti-prasasti peninggalan Hindu-Budha yang ditulis dalam bahasa Sangsekerta dengan huruf Pallawa.

Di India, bahasa Sangsekerta hanya digunakan oleh pemuka umat Hindu atau golongan Brahmana saja. Para Brahmana yang berhasil menghindukan seseorang, mereka akan menggelar upacara Vratyastoma.

Tidak hanya itu saja, para Brahmana juga dipercaya sebagai pelaksana upacara penobatan para raja (abhiseka), penasihat, peradilan, dan purohita.

2. Teori Ksatria

Teori ini menjelaskan tentang penyebaran Hindu-Budha dilakukan oleh para raja atau penguasa yang melarikan diri.

Perebutan kekuasaan yang mengakibatkan runtuhnya kerajaan mereka di India membuat mereka mesti mencari kehidupan baru.

Dalam pelarian tersebut, mereka menyebarkan ajaran agama Hindu-Budha hingga meninggalkan beberapa kebudayaannya seperti kerajinan, tata kota, bentuk rumah, pergaulan, bahasa, dan lainnya.

3. Teori Waisya

Teori Waisya menjelaskan tentang penyebaran Hindu-Budha terjadi karena peran para pedagang (waisya).

Pedagang dari India memperkenalkan kebudayaan Hindu dan Budha melalui jalur perdagangan kepada masyarakat Indonesia.

Namun, penyebaran agama Hindu-Budha oleh golongan Waisya tidak sebaik yang dilakukan oleh kaum Brahmana. Ini karena mereka tidak menguasai bahasa Sangsekerta dan tata cara agama dengan benar.

4. Teori Sudra

Teori ini dikemukakan oleh Van Faber yang berisi bahwa kebudayaan Hindu-Budha disebarkan oleh rakyat jelata India atau Sudra.

Namun, kebenaran akan teori ini masih menjadi bahan perdebatan. Pasalnya, ketidakmampuan kaum sudra juga menjadi masalah dalam penyebaran agama Hindu-Budha.

5. Teori Arus Balik

Teori Arus Balik atau disebut juga sebagai Teori Nasional dikemukakan oleh R. Soekmono. Teori ini menjelaskan tentang penyebaran Hindu-Budha terjadi karena masyarakat pribumi aktif dalam memperluas ajaran Hindu-Budha yang dibawa oleh masyarakat India.

Teori ini juga dapat ditemukan di Prasasti Nalanda yang menjabarkan tentang pendirian asrama untuk para pelajar Sriwijaya yang hendak menuntut Ilmu agama ke India.

Peradaban Hindu-Budha Nusantara

B. Ragam Kerajaan Hindu-Budha Nusantara

Peradaban Hindu-Budha mengisahkan tentang kerajaan dan benda-benda bersejarah peninggalannya. Beberapa di antaranya adalah Kerajaan Kutai, Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan Kalingga, Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Mataram Kuno, Kerajaan Kediri, Kerajaan Singosari, Kerajaan Majapahit, Kerajaan Buleleng, Kerajaan Dinasti Warmadewa, Kerajaan Tulang Bawang, dan Kerajaan Kota Kapur.

Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai merupakan kerajaan Hindu-Budha pertama yang berdiri di Nusantara.

Kerajaan yang pertama kali dipimpin oleh Raja Mulawarman ini terletak di tepi sungai Mahakam, Muarakaman, Kalimantan Timur.

Kerajaan Tarumanegara

Kerajaan ini diperkirakan berlokasi di sekitar area Sungai Citarum dan Cisadane.

Peninggalan Kerajaan Tarumanegara berupa Prasasti Tugu, Prasasti Ciaruteun, Prasasti Kebon Kopi, Prasasti Muara Cianten, Prasasti Jambu, Prasasti Cidanghiang, dan Prasasti Pasir Awi.

Kerajaan Kalingga

Kerajaan Kalingga dikuasai oleh Ratu Sima yang dikenal sebagai sosok yang tegas. Kerajaan ini diperkirakan berkembang pada abad ke-7 hingga ke-9 Masehi.

Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya terletak di Palembang yang berekspansi hingga ke daerah Melayu.

Beberapa benda bersejarah peninggalan Kerajaan Sriwijaya adalah Pprasasti Kedukan Bukit, Prasasti Talang Tuo, Prasasti Telaga Batu, Prasasti Kota Kapur, dan Prasasti Karang Berahi.

Kerajaan Mataram Kuno

Keberadaan Kerajaan Mataram Kuno disebutkan pada prasasti Kalasan, Prasasti Canggal, Prasasti Balitung, Prasasti Kelurak, dan Prasasti Kedu.

Kerajaan Kediri

Kerajaan Kediri berdiri pada tahun 1104 Masehi dengan beberapa raja yang memerintah seperti Jayawangsa, Jayabaya, dan Kertajaya.

Kerajaan Kediri juga memiliki peninggalan bersejarah seperti kitab Baratayuda Kresnayana, Smaradahana, dan Lubdaka.

Kerajaan Singosari

Kerajaan Singosari diperintah oleh beberapa Raja seperti Ken Arok (1222-1227 M), Anusapati (1227 M), Tohjoyo (1227-1248 M), Ronggowuni (1248-1268 M), dan Kertanegara (1268-1292 M).

Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit berdiri pada abad 14 hingga 15 Masehi yang berpusat di Jawa Timur.

Beberapa raja yang berkuasa di antaranya adalah Arya Wiraraja, Raden Wijaya, Jayanegara, Hayam Wuruk, dan Patih Gajah Mada.

Kerajaan Buleleng

Kerajaan Buleleng merupakan kerajaan yang begitu berkembang di masanya. Ini karena Kerajaan Buleleng menjadi pusat perdagangan bahan pokok dan bumbu dapur seperti beras, kapas, kemiri, bawang, dan asam.

Kerajaan Kota Kapur

Berdasarkan penelitian tim arkeolog yang dilaksanakan pada tahun 1994, Kerajaan Kota Kapur terletak di pulau Bangka. Adapun peninggalan kerajaan ini berupa Arca Durga Mahisasuramardini dan Arca Wisnu.

Peradaban Hindu-Budha Nusantara

C. Pengaruh Peradaban Hindu Budha Bagi Kehidupan Masyarakat Indonesia

Peradaban Hindu-Budha Nusantara membawa pengaruh yang luar biasa dalam kehidupan bangsa Indonesia. Pengaruh tersebut terlihat dari berbagai bidang seperti bidang agama, politik, sastra dan bahasa, seni tari, dan seni bangunan.

Bidang Agama

Awalnya, penduduk di Indonesia masih berkiblat pada sistem kepercayaan seperti dinamisme, animisme, dan totemisme. Setelah agama Hindu-Budha tersebar ke seluruh nusantara, masyarakat mulai memeluk agama Hindu-Budha secara berangsur-angsur.

Bidang Politik

Berkembangnya kerajaan Hindu-Budha di Indonesia, mulai mengenalkan kepada masyarakat tentang bagaimana sistem pemerintahan itu.

Sebelumnya, sistem pemerintahan Indonesia masih dipimpin oleh kepala suku. Setelah terbentuknya beberapa kerajaan Hindu-Budha, di saat itulah sistem pemerintahan dipegang oleh para raja.

Bidang Sastra dan Bahasa

Bahasa yang berkembang di masa Hindu-Budha adalah bahasa Sangsekerta. Karya sastra yang tercipta di masa itu adalah Arjunawiwaha (ditulis oleh Mpu Kanwa), Bharatayudha (ditulis oleh Mpu Panuluh dan Mpu Sedah), Gatotkacasraya (ditulis oleh Mpu Panuluh), serta Arjuna Wijaya dan Sutasoma (ditulis oleh Mpu Tantular).

Bidang Seni

Beberapa peradaban Hindu-Budha Nusantara di bidang kesenian di antaranya adalah relief, tarian, dan alat musik. Jenis tarian di masa Hindu-Budha yang berkembang hingga saat ini adalah tari topeng, tarian perang, dan lainnya.

Jenis-jenis alat musik yang ada di zaman Hindu-Budha di antaranya adalah kecer, saron, gendang, kenong, dan gong.

Bidang Seni Bangunan

Seni bangunan dapat terlihat dari corak bangunan candi Hindu dan Budha. Beberapa candi bercorak Hindu adalah Candi Prambanan, Candi Dieng, dan Candi Penataran. Dan beberapa candi bercorak Budha yaitu Candi Plaosan, Candi Borobudur, Candi Sari, Candi Kalasan, Candi Mendut, dan Candi Pawon.

Baca juga: supercampalumniui.com

Gimana Sahabat Latis, udah mulai paham kan dengan materi Peradaban Hindu-Budha Nusantara?

Supaya kamu makin paham dengan materi lainnya, bisa jawab PR dan tugas di sekolah dengan mudah dan prestasi kamu meningkat tajam, kamu bisa coba ikutan les privat Latiseducation lho!

Gurunya berprestasi dan biayanya juga hemat. Bisa online dan tatap muka juga. Fleksibel kan? Untuk info lebih lanjut, kamu bisa hubungi Latiseducation di line chat 085810779967.

Sampai ketemu di kelas!

les privat

 

Referensi:

Buku Sejarah Indonesia untuk SMA/MA/SMK Kelas X tahun 2014 oleh Kemendikbud.



Beri Komentar

wa