Halo Sahabat Latiseducation!
Inflasi adalah fenomena ekonomi yang tidak asing di telinga kita, terutama ketika harga-harga barang kebutuhan sehari-hari mulai merangkak naik. Namun, inflasi sejatinya lebih dari sekadar naiknya harga. Inflasi merupakan proses kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus-menerus dalam jangka waktu tertentu, yang menjadi indikator penting dalam stabilitas perekonomian sebuah negara.
baca juga: bimbel utbk
Apa Itu Inflasi?
Sumber: Freepik
Inflasi bukan sekadar kondisi harga tinggi, melainkan perubahan harga yang bersifat berkelanjutan dan saling mempengaruhi antar sektor. Para ahli mendefinisikan inflasi dengan berbagai sudut pandang:
- Lahnerinflasi: Inflasi terjadi ketika permintaan agregat dalam ekonomi melebihi penawaran yang tersedia.
- Dwi Eko Waluyo: Menyebut inflasi sebagai "penyakit ekonomi" yang umum terjadi di banyak negara, ditandai dengan kenaikan harga secara terus-menerus.
- Marcus: Menggambarkan inflasi sebagai fenomena kenaikan tingkat harga barang dan jasa secara umum.
- McEachern dan Nanga: Menekankan bahwa inflasi terjadi bila kenaikan harga berlangsung terus-menerus, bukan hanya sesaat.
Penyebab Terjadinya Inflasi
Inflasi merupakan kondisi yang dapat muncul akibat berbagai dinamika dalam perekonomian. Secara umum, berikut adalah beberapa faktor utama yang menjadi penyebab terjadinya inflasi:
- Kenaikan Permintaan (Demand Pull Inflation)
Jenis inflasi ini terjadi ketika permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa meningkat secara signifikan, sementara jumlah barang dan jasa yang tersedia tidak mengalami peningkatan yang sebanding. Ketidakseimbangan antara permintaan yang tinggi dan penawaran yang terbatas mendorong harga-harga naik.
Contohnya, saat menjelang hari besar seperti Lebaran atau Natal, permintaan terhadap bahan pokok melonjak, namun pasokan tetap, sehingga harga-harga pun ikut terdorong naik. Kenaikan permintaan ini bisa berasal dari berbagai sumber, seperti belanja pemerintah yang meningkat, konsumsi rumah tangga yang melonjak, atau lonjakan permintaan ekspor dari luar negeri. - Kenaikan Biaya Produksi (Cost Push Inflation)
Inflasi juga dapat dipicu oleh meningkatnya biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi barang dan jasa. Ketika biaya bahan baku, energi, atau upah pekerja naik, perusahaan akan menyesuaikan harga jual untuk menjaga margin keuntungannya. Akibatnya, harga barang di pasaran ikut naik.
Sebagai contoh, jika harga minyak dunia naik, maka biaya transportasi dan logistik akan ikut meningkat. Ini berdampak langsung pada harga barang-barang konsumsi, terutama yang bergantung pada distribusi antar daerah. Hal serupa juga terjadi jika terjadi kenaikan UMR (Upah Minimum Regional), di mana perusahaan menyesuaikan harga untuk menutupi tambahan biaya tenaga kerja. - Tingginya Peredaran Uang di Masyarakat
Ketika peredaran uang di masyarakat terlalu tinggi dibandingkan dengan ketersediaan barang dan jasa, maka nilai uang cenderung menurun, sementara harga-harga barang akan melonjak.
Fenomena ini bisa terjadi, misalnya, ketika bank sentral atau pemerintah mencetak uang dalam jumlah besar untuk membiayai defisit anggaran tanpa diiringi peningkatan produktivitas. Akibatnya, daya beli masyarakat meningkat secara nominal, namun tidak dibarengi dengan ketersediaan barang yang mencukupi. Hal ini menimbulkan tekanan harga dan memicu inflasi.
Situasi ini dikenal juga dengan istilah monetary inflation, yaitu inflasi yang dipicu oleh ketidakseimbangan antara jumlah uang yang beredar dan barang yang tersedia. - Inflasi dari Luar Negeri
Dalam era perdagangan global, perekonomian dalam negeri juga sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi internasional. Inflasi dapat terjadi ketika terjadi kenaikan harga barang impor yang dibutuhkan oleh masyarakat atau sektor produksi dalam negeri.
Kenaikan tersebut bisa disebabkan oleh berbagai faktor seperti naiknya biaya produksi di negara asal, fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing (misalnya dolar AS), atau adanya kebijakan tarif impor dari negara lain.
Misalnya, jika nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar, maka harga barang-barang impor seperti gandum, bahan bakar minyak, atau barang elektronik akan meningkat dalam satuan rupiah. Hal ini tentu berdampak pada kenaikan harga barang secara umum di dalam negeri, terutama barang-barang yang sangat tergantung pada komponen impor.
baca juga: bimbel snbt
Jenis dan Klasifikasi Inflasi
Inflasi dapat dikategorikan berdasarkan berbagai pendekatan:
Berdasarkan Laju Inflasi:
- Inflasi Ringan: Di bawah 10% per tahun; masih bisa dikendalikan.
- Inflasi Sedang: 10%–30% per tahun; mulai mengganggu daya beli masyarakat berpenghasilan tetap.
- Inflasi Berat: 30%–100% per tahun; memicu keresahan ekonomi.
- Hiperinflasi (Hyperinflation): Di atas 100% per tahun; menyebabkan kekacauan ekonomi secara menyeluruh.
Berdasarkan Asal Terjadinya:
- Inflasi Domestik: Disebabkan oleh faktor dalam negeri, seperti defisit anggaran atau kelangkaan pangan.
- Inflasi Eksternal: Dipicu oleh naiknya harga barang impor.
Berdasarkan Cakupan:
- Inflasi Tertutup: Hanya terjadi pada beberapa komoditas tertentu.
- Inflasi Terbuka: Menyebar luas ke berbagai sektor dan komoditas.
- Inflasi Tak Terkendali: Masyarakat tidak lagi percaya pada mata uang dan lebih memilih menukar uang dengan aset nyata.
Cara Mengukur Inflasi
Beberapa metode umum yang digunakan untuk mengukur tingkat inflasi:
- Indeks Harga Konsumen (IHK/CPI): Mengukur perubahan harga rata-rata barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat.
- Deflator Produk Domestik Bruto (PDB): Mengukur perubahan harga semua barang dan jasa yang diproduksi dalam negeri.
- Indeks Harga Produsen (IHP): Mengukur harga rata-rata barang-barang yang dibutuhkan dalam proses produksi.
- Indeks Harga Komoditas: Fokus pada harga barang-barang komoditas tertentu.
- Indeks Biaya Hidup: Menggambarkan perubahan biaya hidup masyarakat sehari-hari.
baca juga: les privat terbaik
Dampak Inflasi
Sumber: Freepik
Inflasi adalah fenomena ekonomi yang bisa berdampak luas terhadap berbagai sektor kehidupan. Menariknya, inflasi tidak selalu berkonotasi negatif. Dalam skala tertentu, inflasi justru dibutuhkan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi. Namun, bila tidak terkendali, inflasi dapat membawa konsekuensi serius terhadap stabilitas keuangan negara maupun kesejahteraan masyarakat.
Dampak Positif:
- Ketika inflasi berada dalam batas yang masih wajar atau rendah, hal ini bisa memberikan sinyal positif kepada para pelaku usaha. Kenaikan harga barang dan jasa akan meningkatkan potensi keuntungan, sehingga pengusaha terdorong untuk memperluas skala produksi. Dengan meningkatnya kegiatan produksi, maka kesempatan kerja pun terbuka lebih luas, yang akhirnya berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
- Inflasi yang terkontrol juga membantu menyesuaikan daya beli masyarakat terhadap harga barang dan jasa. Dalam kondisi seperti ini, konsumen dan produsen sama-sama mendapatkan ruang untuk menyesuaikan strategi ekonomi mereka. Misalnya, produsen bisa menyesuaikan harga jual untuk menutupi biaya produksi yang meningkat, sementara konsumen bisa mengatur kembali pola konsumsi sesuai prioritas.
Dampak Negatif:
- Terhadap Pendapatan
Salah satu dampak paling langsung dari inflasi adalah menurunnya nilai riil pendapatan, terutama bagi individu yang memiliki penghasilan tetap, seperti pegawai negeri atau pensiunan. Ketika harga barang-barang kebutuhan pokok naik secara terus-menerus, sementara penghasilan tidak ikut meningkat, maka kemampuan membeli barang dan jasa akan menurun, sehingga kesejahteraan pun terganggu. - Terhadap Minat Menabung
Tingkat inflasi yang tinggi membuat masyarakat cenderung menghindari aktivitas menabung. Alasannya sederhana: bunga atau imbal hasil dari tabungan tidak mampu mengimbangi laju inflasi. Sebagai contoh, jika inflasi tahunan mencapai 8% sementara bunga tabungan hanya 4%, maka nilai uang yang disimpan di bank justru mengalami penyusutan nilai secara riil. Akibatnya, masyarakat lebih memilih untuk membelanjakan uang atau mengalihkannya ke aset lain yang dianggap lebih stabil. - Terhadap Ekspor dan Daya Saing
Inflasi juga berdampak negatif terhadap sektor ekspor. Ketika harga barang-barang lokal mengalami kenaikan, maka biaya produksi barang ekspor pun ikut meningkat. Hal ini menyebabkan harga jual produk menjadi tidak kompetitif di pasar internasional. Negara-negara lain yang menawarkan barang serupa dengan harga lebih murah tentu akan lebih diminati. Kondisi ini pada akhirnya bisa menyebabkan penurunan pendapatan devisa dari ekspor. - Terhadap Investasi dan Efisiensi Produksi
Tingkat inflasi yang tinggi menciptakan ketidakpastian dalam dunia usaha. Ketidakpastian ini membuat para investor ragu untuk mengalokasikan dananya ke sektor produktif. Sebaliknya, mereka akan memilih menaruh uangnya di instrumen yang lebih aman dan stabil seperti properti, emas, atau valuta asing. Akibatnya, investasi riil yang seharusnya mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi stagnan. Selain itu, inflasi juga bisa menyebabkan pergeseran alokasi faktor produksi yang tidak efisien karena produsen lebih fokus pada barang yang laku di pasar ketimbang pada nilai jangka panjang. - Terhadap Perhitungan Biaya Produksi
Dalam kondisi inflasi, perusahaan menghadapi tantangan besar dalam menentukan harga pokok produksi. Fluktuasi harga bahan baku dan tenaga kerja yang cepat membuat estimasi biaya menjadi tidak akurat. Ketika harga bahan baku melonjak dalam waktu singkat, produsen mungkin menetapkan harga jual yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Keduanya sama-sama berisiko: terlalu rendah akan menggerus keuntungan, sedangkan terlalu tinggi bisa menurunkan daya saing. Ketidakpastian ini juga berdampak pada perencanaan bisnis jangka panjang dan kestabilan operasional perusahaan.
baca juga: tutor private
Peran Bank Sentral dalam Mengendalikan Inflasi
Sumber: Freepik
Bank sentral, seperti Bank Indonesia, memiliki tugas strategis untuk menjaga kestabilan inflasi agar tidak merusak perekonomian. Tiga instrumen utama yang digunakan adalah:
- Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Menjual atau membeli surat berharga pemerintah untuk mengatur jumlah uang beredar di masyarakat. - Tingkat Suku Bunga Acuan (Discount Rate)
Mengatur suku bunga pinjaman untuk bank umum. Jika suku bunga naik, masyarakat cenderung menabung daripada membelanjakan uangnya. - Cadangan Wajib Minimum (Reserve Requirement)
Menetapkan persentase dana yang harus disimpan bank di bank sentral. Jika dinaikkan, uang yang bisa dipinjamkan ke masyarakat akan berkurang.
baca juga: Les Privat Calistung
Dalam praktiknya, Bank Indonesia menerapkan strategi inflation targeting, yaitu menetapkan target inflasi tahunan dan menggunakan kebijakan moneter untuk mencapainya
Ingin memahami lebih dalam tentang ekonomi sekaligus mempersiapkan diri menghadapi UTBK, SNBT, dan SIMAK UI? Yuk belajar bareng mentor terbaik dari Latis Education!
Temukan tips belajar, pembahasan soal, hingga bimbingan intensif bersama tim kami di Instagram Bimbel UTBK SNBT SIMAK UI Latis Education atau hubungi langsung di (021) 77844897 atau 085810779967.
Kunjungi juga website resmi kami di www.latiseducation.com dan mulai perjalanan suksesmu hari ini!
Sampai Bertemu di Latiseducation!
Referensi:
- gramedia.com
- bions.id
- accurate.id